Kamis, 13 Januari 2011

SENYUM SEJENAK SERI 100 (SPESIAL CERPEN)

SURABAYA 2030


Nopember 2030
            Aku tak pernah berkhayal bahwa aku akan bisa jadi seperti saat sekarang ini. Hidup layak, makan enak, dihormati orang banyak dan satu lagi. Apapun yang aku bilang selalu saja tidak ada yang berani menolak. Tapi konsekuensi dari itu semua aku harus selalu serius, hidup teratur dan sesekali diatur. Kurangi bercanda dan jaga wibawa. Padahal itu bukan aku banget. Aku orangnya periang, humoris, slengekan, gokil, jail, suka bercanda dan suka membuat orang lain tertawa. Tapi itu dulu sekitar 20 tahun yang lalu. Kalau dulu mau ngapain saja bebas nggak harus mikir dulu tentang sebab akibat serta dampak dari yang akan aku lakukan. Kadang kepikiran juga mau ngelakuin hal-hal kayak dulu lagi dengan status dan posisiku saat ini. Tapi lagi-lagi aku berpikir apa nanti pandangan masyarakat ya? Pengin tau aku jadi apa sekarang. Nanti di akhir cerita kalian akan tahu sendiri. Jadi ingin kembali ke masa lalu.

***
Kembali ke 1997
            Nah, ditahun itu aku masih kelas 2 SMA. Di tahun itu sifat-sifatku yang kusebutkan di atas masih melekat pada diriku. Teman-teman bilang aku gokil dan suka jail. Bukan Cuma teman, guru juga bilang begitu. Pernah suatu kali aku ditegur  guru BP.
“Kemarin nggak masuk kenapa?”tanya Pak Narno guru BPku.
“Sakit, Pak.” Jawabku
“Sakit? Kok nggak nulis surat?”Tanya guru BPku lagi.
“Males, pak. Habisnya tiap kali nulis surat nggak pernah dibales,pak.”jawabku asal sembari langsung kabur melarikan diri. Wakakak… teman-temanpun tertawa terpingkal-pingkal.
Pernah juga aku bikin kesal guru bahasa Indonesiaku. Waktu itu guru bahasa Indonesiaku bilang “Anak-anak berita itu sudah terdengar dari mulut ke mulut…”. Dan belum selesai bu guru menyelesaikan kalimatnya aku sudah teriak “Salah, Bu!”. Bu guru lalu bertanya “Salah bagaimana?”. Yang benar itu dari mulut ke telinga, bu. Kalo dari mulut ke  mulut itu cipokan namanya”jawabku sekali lagi asal. Dan sekali lagi teman-temanku tertawa terpingkal-pingkal yang diiringi dengan omelan bu guru bahasa indonesiaku. Dan resikonya 6 deh nilai bahasa Indonesia di raportku.
Aku juga suka jail sama teman-temanku. Pernah suatu kali aku godain cewek tercantik di sekolahku, Cantik sih tapi namanya unik agak-agak gimana gitu.INDAH LAMINATINGRUM. Gara-garanya dia dulu lahirnya ketika ditinggal bapaknya pergi sebentar buat laminating KTP. Pulang-pulang dia sudah keluar dari perut ibunya. Teman-teman biasa memanggilnya Mina ditambahi  bunyi ting…ting. Dan di pagi itu kebetulan dia duduk disebelah seekor kucing. Dia penyayang kucing memang. Lalu aku iseng nanya.
“Kok bawa kambing sih?”tanyaku iseng
“Dion, ini kucing bukannya kambing”jawabnya agak sedikit senewen
“Iya kenapa kamu bawa kambing?’sekali lagi aku bertanya
“Ini kucing Dion, bukan kambing. Bisa bedain nggak, sih?” jawabnya mulai sewot.
“Yee, orang aku nanya sama kucingnya, kok” Wkakakak.. dan akupun langsung kabur sebelum aku dilempar meja belajar.
Tapi aku nggak sendirian. Aku punya komplotan. Aku punya dua orang lagi teman yang nggak kalah gokilnya. Namanya Isa dan Dewo. Isa itu anaknya tinggi, ganteng, gagah yah biarpun agak-agak sedikit gendut. Lebih sering menjuluki diri dengan sebutan Jin Galon Geboy. Rajanya telat. Dan alasannya selalu sama ketika ditanya kenapa telat. Jawabnya”hehehe… habisnya nggak ada yang gosok galon saya, pak. Jadi nggak bisa keluar deh. Saya kan Jin Galon”.
Kalau si Dewo anaknya tinggi, agak kurus, brewokan dan kalo diliat sekilas seperti orang Arab. Tapi kalo diamati lebih serius lebih mirip orang Banglades. Sakno nggak sih. Tapi dia jagonya bikin cerita lucu. Dan jagonya bikin orang tertawa. Dan demikian salah satu koleksi ceritanya. Dia beri judul :



SMS MALAM PERTAMA
Alkisah ada 3 orang saudara, sebut saja mereka Vira, Voni, dan Veni yang dinikahkan secara masal oleh orangtuanya. Setelah itu mereka pergi berbulan madu bersamaan. Kalau Vira pergi ke Pulau Batam, Voni pergi Ke Kepulauan Seribu dan Veni si bungsu pergi ke Bali. Namanya orang Tua sayang sama anak, selama mereka berbulan madu kedua Orang Tua mereka minta dikirim kabar tentang segala yang terjadi selama mereka berbulan madu. Tapi agar berita yang dikirim singkat dan tidak terlalu Vulgar, mereka menggunakan Kode/Sandi tentang moto-moto Iklan. Supaya praktis dan murah, berita dikirim lewat SMS.
3 hari setelah kepergian anak mereka berbulan madu, diterimalah sebuah SMS… yang rupanya dari VIRA di Pulau Batam. Isi beritanya cukup sederhana, “STANDARD CHARTERED”. Setelah membaca berita tersebut mereka mencari Iklan Standard Chartered di Koran  dan terbacalah tulisan besar berbunyi, “BESAR, KUAT dan BERSAHABAT!”.Tersenyumlah kedua orang tua mereka membaca berita dari Vira.
Hari ke 4 datang SMS kedua, yang rupanya berasal dari Voni di Kepulauan Seribu. Isi beritanya juga cukup singkat yaitu, “NESCAFE”. Setelah membaca surat tersebut, dengan tergesa-gesa kedua orang tua mereka mencari koran dan membaca Iklan NESCAFE yang berbunyi, “NIKMATNYA SAMPAI TETES TERAKHIR”. Maka kedua orang tua mereka pun tersenyum bahagia sambil sedikit haha.. hihi..
Hari ke 5 ditunggu tidak ada berita/SMS yang datang. Hari ke 6 begitu pula tidak ada sebuah SMS pun. Hari ke 7 begitu pula tidak ada kabar dari anak bungsu mereka si Veni yang berbulan Madu…
Memasuki hari ke 8… akhirnya kedua orangtua mereka menerima SMS juga dari Veni yang berbulan madu di Bali dan isi beritanya cukup singkat, “CATHAY PASIFIC”.
Segera kedua orang tua mereka mencari Iklan penerbangan Cathay Pasific yang ada dikoran, dan dijumpailah iklan penerbangan dengan tulisan besar, “7 KALI SEMINGGU, 3 KALI SEHARI, 5 JAM NON-STOP”.
Ada-ada saja. Dasar Dewo
***
Agustus 1998
            Aku mulai kuliah. Dan sejak kuliah ituah kami bertiga berpisah. Jurusanku Teknik Mesin ITS Surabaya. Si Isa di Teknik Elektro ITS juga dan si Dewo di Sastra Inggris Universitas Airlangga. Tapi seminggu sekali kami tetap kumpul untuk melanjutkan kegilaan kami. Dan di awal kuliah ini hal yang paling asyik buat kami bicarakan adalah OSPEK maba. Apalagi di ITS OSPEKnya menyeramkan. Mereka lebih senang menyebutnya pengkaderan. Kami saling bertukar cerita dan pengalaman. Aku kebagian memulai cerita.
            “Begini teman. Sabtu kemarin waktunya jurusanku pengkaderan. Dan mungin sudah nasib kali ya. Aku ketiban apes kena hukuman karena lupa nggak bawa keplek(tanda pengenal yang dibuat sendiri dari kardus kemudian distempel seniornya).Aku disuruh ngangkat kaki satu sambil bercerita dan baru boleh turun kakiku kalo senior-senior sudah tertawa. Jadi kumulai saja bercerita. Kumulai dengan cerita yang ini :
Cerita pertama
Seorang nenek yang menyebrang jalan nyaris ketabrak motor.
Pengendara motor marah: “Nenek bego! Nyebrang jalan gak liat-liat!”
Nenek sewot, “Lo yang bego!! Nabrak nenek2 aja gak kena…!!”
            Kulihat senior-seniorku sebenarnya sudah mau tertawa tapi tawa itu ditahan-tahan.Jaga gengsilah sekaligus memperlama hukumanku. Akupun nggak menyerah. Aku cerita lagi,
Cerita kedua
Di sebuah rumah kost ada seorang laki-laki memelihara burung beo. Kebetulan di samping kost laki-laki tersebut tinggal 3 orang cewek cantik dan manis, mereka setiap pagi selalu berangkat kuliah bersama.
Pagi hari ketika mereka bertiga pergi ke kampus, tiba-tiba beo berkata, “MERAH, KUNING, HIJAU!” Ketiga cewek itu berlalu tanpa memperhatikan kata-kata beo tersebut.
Keesokan harinya ketika mereka pergi sang beo juga berkata, “COKLAT, MERAH, PUTIH!”
Salah seorang dari ketiga cewek itu mendengar dan berpikir, “Beo itu kog tau aku pakai CD coklat!?”
Kemudian dia bertanya pada kedua kawannya, “KAMU PAKAI CD MERAH YA, DAN KAMU CD PUTIH??”
Jawab kawannya, “YA, KAMU KOK BISA TAU?”
“BEO ITULAH YANG TAU, KOG BISA TAU YA??” jawabnya.
Kemudian mereka berpikir untuk mengelabuhi beo tersebut, mereka setuju keesokan harinya satu pun tak pakai CD, dan ketika keluar dari kamar mereka memperhatikan sang beo yang tak tahu mau bilang apa, sang beo terdiam dan berpikir.
Tiba-tiba beo berkata, “KRITING, GUNDUL, LURUSSS, di-rebonding niyee…”
            Mendengar cerita yang satu ini mereka akhirnya nggak tahan lagi menahan tawa. Merekapun tertawa terpingkal-pingkal.
            “Wis, Cung. Sikilmu dhukno! Ceritamu wis lucu. Ojok cerito meneh nggarai aku kepoyo engkok”ucap salah satu dari mereka dengan logat Suroboyoan kental sambil tetap tertawa terpingkal-pingkal
            “Iya, Juragan”jawabku. (kami sebut para senior juragan sedang mereka menyebut kami kacung).
            “Wah, kucluk kamu Yon..Yon. onok-onok ae” ucap Isa mendengar ceritaku sambil tetap tertawa bersama Dewo. Dan sekarang giliran dia sekarang yang bercerita. “Wis ringekno ceritaku iki”kata Isa. Aku dan Dewopun gantian asyik mendengarkan.
            “Begini ceritaku. Tapi ini bukan tentang Ospek lho ya. Yah masih adalah bau-bau ospeknya. Tapi suer gak ada hubungannya sama pengkaderan kita. Aku ini gendeng mungkin ya. Lha wong baru aja jadi maba eh sudah berani naksir seniornya. Tapi bener Yon, Wo. Seniorku itu oke banget. Udah cantik, bodynya kayak gitar Australi(emang ada ya. Perasaan yang ada Kuda Australi). Namanya Lusiana Safara (kok mirip sama namanya penyanyi dangdut O.M Palapa ya). Dia yang mengkader aku juga. Dan langsung aja rayuan gombalku aku keluarkan.
            “Ehmm, Mbak. Punya dongkrak nggak?”tanyaku
            “Hah, dongkrak? Yah nggak punyalah”jawab seniorku itu
            “Tapi nomor telepon punya kan?”tanayaku lagi menggoda
“Oalah mau nanya nomor telepon aja nanya dongkrak segala. Mana pulpennya?’jawab seniorku. Dan diluar dugaanku dia ngasih nomor telepon. Dia lalu menarik tanganku dan menuliskan nomor teleponnya di tanganku. Dan diluar dugaanku lagi dia langsung saja nembak aku. Bukannya aku yang nembak dia.
“Eh, Cung. Kamu ganteng juga. Udah punya pacar belum?”Tanya seniorku nggak pakek malu-malu
“Belum, Mbak.” Jawabku penuh harap
“Mau nggak jadi pacarku?”Tanya seniorku lagi
“Hah, serius mbak? Jangan becanda, ah?” tanyaku nggak percaya
“Serius! Mau, nggak? Aku beri 1 menit untuk jawab sebelum aku berubah pikiran!” Tanya seniorku memastikan
“Eh, eh, iya iya…mau mau. Jadi kita sekarang pacaran, Mbak?”tanyaku bloon
“Belum, Blekok. Telepon aku jam 6 sore. Nggak boleh lebih nggak boleh kurang. Kalo kamu telepon aku, baru kita jadian.”
Dan begitulah aku bergegas pulang ke kos-kosanku langsung mandi. Ganti baju. Sholat Maghrib, terus pergi deh ke wartel menunggu jam 6 pas. Karena waktu itu masih menunjukkan jam 17.45. Dan setelah jam menunjukkan pukul  18.00 atau jam 6 sore aku teleponlah seniorku itu” lalu Isapun menghentikan ceritanya
“Terus, Sa! Diterima?”tanyaku dan Dewo bersamaan
“Nggak!” jawab Isa lemes
“Lho, kok? Bukannya kamu sudah menelepon dia?”tanyaku penasaran
“Iya itu masaahnya. Saking senang dan semangatnya, aku baru nyadar ketika mau nelepon dan kulihat nomer telepon di tanganku”jawab lsa nggak semangat
“Kenapa?”tanyaku lagi.
“Nomer teleponnya ilang kena sabun pas aku mandi”jawab Isa kali ini benar-benar melas
“Wakakakak……………..” tawa kami berdua meledak mendengarnya.
Kampreettt, kirain udah jadian. Tibake wurung. Wakakak…….”
Dan terakhir Dewo yang bercerita. Mulailah dia bercerita
“Ceritaku ini tentang ospek juga. Berhubung aku ini masuk jurusan sastra Inggris, maka aku selama ospek sering dikasih tugas membuat karangan cerita tapi dalam bahasa inggris atau yang ada Inggris-Inggrisnya gitu. Ya sudah aku mulai saja ceritanya. Yang pertama tentang berita kehilangan di Malioboro New York (NewYorkarto maksutnya).. Judulnya :
BASIC BULE (DASAR BULE)
Suatu hari ada bule kehilangan sepeda motornya yang baru saja di parkir di depan taman di sekitar jalan Malioboro Yogya. Lalu dia bertanya ke seseorang yang saat itu kebetulan berada di tempat kejadian, namanya Dargombez, apakah dia ngeliat orang yang ngambil sepeda motornya.
Dargombez bilang, “Yes, he use to table square-square. Worth he fast-fast go without any wet expire.”
Maksudnya: “Iya, dia memakai kemeja kotak-kotak. Pantes dia cepat-cepat pergi tanpa basa basi.”
Lalu dengan sok berwibawa Dargombez menasehati, “Sir, different river, if park bicycle motor liver-liver yes?”
Maksudnya: “Tuan, lain kali kalo parkir sepeda motor hati-hati ya?”
Tapi bule itu diam saja karena karena nggak tau mau menjawab apa, sehingga Dargombez jadi ngedumel: “Basic bule!”
Maksudnya: Dasar bule!
Karena nggak tau harus ngomong apa lagi, si bule tersebut ngeloyor pergi dan dengan pede-nya Dargombez bilang, “Breasttttt!” sambil melambaikan tangannya.
Maksudnya: Dadaaaaa!!
            Mendengar itu aku dan Isa lagi2 tertawa terkekeh-kekeh. Dewo lalu melanjutkan ceritanya
                        “Itu cerita pertamaku. Aku juga punya cerita lain. Yah agak pendek tapi tetap pakek bahasa Inggris. Judulnya.
TO..LONG  TO..LONG
Majikan BUGIL (Bule Gila) mau memperkosa pembantunya.
Karena takut, si pembantu berteriak dengan keras: “To Long, To Long !!”
BUGIL: “Better too long than too short, stupid!”
            Lagi-lagi kami tertawa bersama.
Dan terakhir Dewo bercerita judulnya:
VERY FAAAST
Di luar Hotel Utami Juanda, seorang turis Jepang mau pergi ke bandara, naik taxi.
Di jalan, tiba-tiba mobil kenceng banget lewat, nyalip taxinya si Jepang.
Dengan bangga si Jepang teriak, “Aaah Toyota, made in Japan, very faaast!”
Nggak berapa lama, mobil lain ngebut juga nyalip taxinya si Jepang lagi!
Si Jepang teriak lagi, “Aaahh Nissan, made in Japan, very faaast!”
Nggak berapa lama lagi, lewat lagi satu mobil, nyalip taxinya si Jepang.
Dia teriak lagi,”Aaah Mitsubishi, made in Japan, very faaast!”
Kali ini si sopir taxi yang tak lain adalah Dargombez, capek ngeliatin penumpangnya yang bener-bener nasionalis.
Sampe di bandara, Dargombez bilang ke si Jepang, “100 dollars please!”
“100 dollars?! Its not that far from the hotel!!!”
“Aaah, taxi meter, made in Japan, very faaast!!!”
            “Wakakakak….. “ kami bertigapun tertawa bersama-sama
***

Pebruari 2010
            Di tahun itulah mulai terlihat jalan jidup kami. Jalan nasib yang merubah hidup kami bertiga. Kami hidup dalam pilihan masing-masing. Isa memilih menjadi seorang tentor fisika di sebuah bimbel di daerah Sidoarjo. Sekaligus instruktur dan motivator dalam seminar-seminar. Cocoklah dengan gayanya yang suka ngomong dan suka membuat orang lain tertawa. Pasti materi yang disampaikannya lebih mudah diterima. Kalau Dewo sedang ada di Amerika. Dia melanjutkan studynya sekaligus mengajar pelajaran mata kuliah bahasa Indonesia disana. Disana di mendapat julukan Profesor. Gaya rek.Yah semacam native speaker lah. Sedangkan aku tetap disini. Di Surabayaku tercinta ini. Jadi PNS di Pemkot Surabaya.
            Tapi sebelum jadi PNS, sebelumnya aku melamar pekerjaan kesana kemari. Aneh-aneh lah pengalamanku. Pernah aku mencoba melamar di PT KAI. Dan akupun diinterview oleh manager HRDnya. Namanya Pak Banu. Demikianlah wawancara kami.
“Seandainya ada dua kereta api berpapasan pada jalur yang sama, apa yang akan kamu lakukan?”, tanya Pak Banu, ingin mengetahui seberapa cekatan diriku.
“Saya akan pindahkan salah satu kereta ke jalur yang lain,” jawabku dengan yakin.
“Kalau handle untuk mengalihkan rel-nya rusak, apa yang akan kamu lakukan?”, tanya Pak Banu lagi.
“Saya akan turun ke rel dan membelokkan relnya secara manual.”
“Kalau macet atau alatnya rusak bagaimana?”
“Saya akan balik ke pos dan menelpon stasiun terdekat.”
“Kalau telponnya lagi dipakai?”
“Saya akan lari ke telpon umum terdekat?”
“Kalau rusak?”
“Saya akan pulang menjemput kakek saya.”
“LHO?”, tanya Pak Banu heran dengan jawabanku.
“Karena seumur hidupnya yang sudah 73 tahun, kakek saya belum pernah melihat kereta api tabrakan. Habis bapak sih nanyanya yang aneh-aneh”jawabku lagi. Dan akupun disuruh pulang dengan sukses. Lain saat aku mencoba melamar di perusahaan susu anak-anak. Lagi-lagi wawancaraku gagal dengan meriah. Berikut cuplikannya.
 “Nama saudara siapa?”Tanya HRD
 “Dion, pak…”jawabku
“Coba ceritakan tentang keluarga saudara!”pinta HRD
 “Saya 2 bersaudara, adik saya masih kuliah di ITS…, orangtua saya tinggal di Surabaya…, kakek dan nenek dari bapak tinggal di Lamongan…, kakek dan nenek dari ibu juga tinggal di Lamongan…, paman dan pakde ada yang tinggal di Pontianak…”
“Apakah saudara dapat berbahasa Inggris?”Tanya HRD melanjutkan
 “Yes… sir…”jawabku mantab
 “Now tell me about your family in English!”Tanya HRD
“Sorry sir .. I don’t have family in English…, they’re all living in Indonesia.”jawabku penuh percaya diri dan tanpa merasa bersalah walaupun memang sebenarnya salah. Kacau.
Satu-satunya wawancara yang membuat aku diterima di sebuah perusahaan kecap manis adalah yang satu ini.
Sang manager HRD sedang menyaring pelamar untuk satu lowongan di kantornya. Setelah membaca seluruh berkas lamaran yang masuk, dia menemukan 4 orang calon yang cocok. Dia memutuskan memanggil ke-4 orang itu termasuk aku dan menanyakan 1 pertanyaan saja. Jawaban mereka akan menjadi penentu apakah akan diterima atau tidak.
Harinya tiba dan ke-4 orang itu termasuk aku sudah duduk rapi di ruangan interview. Si Manager lalu mengajukan 1 pertanyaan: setahu Anda, apa yang bergerak paling cepat?
Kandidat I menjawab, “PIKIRAN. Dia muncul begitu saja di dalam kepala, tanpa peringatan, tanpa ancang-ancang. Tiba-tiba saja dia sudah ada. Pikiran adalah yang bergerak paling cepat yang saya tahu.”
“Jawaban yang sangat bagus”, sahut si Manager. “Kalau menurut Anda?”, tanyanya ke kandidat II.
“Hm… KEJAPAN MATA! Datangnya tidak bisa diperkirakan, dan tanpa kita sadari mata kita sudah berkejap. Kejapan mata adalah yang bergerak paling cepat kalau menurut saya.”
“Bagus sekali! Dan memang ada ungkapan ’sekejap mata’ untuk menggambarkan betapa cepatnya sesuatu terjadi.” Si manager berpaling ke kandidat III, yang kelihatan berpikir keras.
“NYALA LAMPU adalah yang tercepat yang saya ketahui”, jawabnya, “Saya sering menyalakan saklar di dalam rumah dan lampu yang di taman depan langsung saat itu juga menyala.”
Si manager terkesan dengan jawaban kandidat III. “Memang sulit mengalahkan kecepatan cahaya.”, pujinya.
Merasa dilirik oleh sang manager, akupun juga ikutan  menjawab, “Sudah jelas bahwa yang paling cepat itu adalah MENCRET.”
“APA???!!!”, seru sang manager yang terkaget-kaget dengan jawabanku yang tak terduga itu.
“Oh saya bisa menjelaskannya.”, katau. “Dua hari lalu kan perut saya mendadak mules sekali. Cepat-cepat saya berlari ke toilet. Tapi sebelum saya sempat BERPIKIR, MENGEJAPKAN MATA atau MENYALAKAN LAMPU, saya sudah mencret di celana.”
Tentu saja sang HRD sangat terkesan dengan kecerdikanku dan otomatis akulah yang diterima. Tapi itu hanya sebentar saja. Karena tak lama setelah itu Oktober 2009 ada lowongan CPNS di Pemkot Surabaya. Akupun ikut-ikutan mengadu nasib dengan melamar salah satu formasi yang ditawarkan. Aku masih ingat formasi yang aku lamar adalah Pengawas Sistem Transportasi Darat. Dan singkat cerita, alhamdulillah aku diterima. Tapi penempatanku tidak sesuai dengan formasi semula. Aku ditempatkan di Dinas PU Bina Marga dan Pematusan Pemkot Surabaya. Lebih spesifik lagi aku ditempatkan di UPTD alat-alat berat Dinas PU Bina Marga dan Pematusan. Tugasku adalah monitoring rumah-rumah pompa di Surabaya.
Aku masih ingat ketika pak Bambang DH melantik kami dan berpesan pada kami untuk menjadi virus-virus yang positif  bagi Pemkot Surabaya. Tapi jujur saja kawan,susahnya minta ampun untuk menjadi orang yang jujur. Aku jadi ingat cerita temanku yang tugas di Departemen Perhubungan Pusat di Jakarta. Dia pernah cerita.
Setelah proyek multimilyar dollar selesai, sang dirjen kedatangan tamu bule wakil dari HQ kantor pemenang tender. Udah 7 tahun di Jakarta jadi bisa cakap Indonesia.
“Pak, ada hadiah dari kami untuk bapak. Saya parkir di bawah mercy S320.”ucap si bule
“Anda mau menyuap saya? ini apa-apaan? tender dah kelar kok. jangan gitu ya, bahaya tau haree genee ngasih-ngasih hadiah.”jawab pak Dirjen
 “Tolonglah pak diterima. kalau gak, saya dianggap gagal membina relasi oleh kantor pusat.”rengek si bule ke pak Dirjen
“Ah, jangan gitu dong. saya gak sudi!!!”pak Dirjen tetap bergeming. Lalu si bule mikir “Gini aja, pak. gimana kalau bapak beli saja mobilnya…”
“Mana saya ada uang beli mobil mahal gitu!!!”kata Dirjen
Bule menelpon kantor pusat.
 “Saya ada solusi, Pak. bapak beli mobilnya dg harga rp.10.000,- saja. Gimana?”kata Bule
 “Bener ya? OK, saya mau. Jadi ini bukan suap. Pake kwitansi ya…”ucap pak Dirjen
“Tentu, Pak..”jawab si Bule meyakinkan.
Bule menyiapkan dan menyerahkan kwitansi. Dirjen membayar dengan uang 50 ribuan. Mereka pun bersalaman.  Bule (sambil membuka dompet ): “Oh, maaf Pak. Ini kembaliannya Rp.40.000,-.”
 “Gak usah pakai kembalian segala. Tolong kirim 4 mobil lagi ke rumah saya ya…”jawap pak Dirjen enteng
Bule: “@#$%^&**”.
“Makanya, jangan pernah menyuap saya, ngerti”sindir pak Dirjen sambil berlalu.
Ah, susahnya jadi orang jujur. Andai ada pak Dirjen pak Dirjen yang lain, jangan banyak-banyak 1000 saja  seperti dalam cerita temanku itu. Sejahtera Indonesia.

25 tahun kemudian (Surabaya 2030)
            Suara protokol yang nyaring terdengar dari sebuah pengeras suara merk TOA membuyarkan lamunanku tentang masa laluku. Lalu terdengar suara seorang perempuan layaknya pembawa acara upacara.
WALIKOTA SURABAYA SELAKU PEMBINA APEL MEMASUKI LAPANGAN
Maka akupun bergegas menuju podium yang sudah disediakan di lapangan upacara. Ketahuilah kawan, akulah walikota Surabaya itu.

2 komentar:

  1. mulai main blog neh???

    salut2!
    teruskan bro!!!


    bangga banget rasanya!!!

    hebaaaat!!!!

    BalasHapus
  2. suwun beekkk....
    atas kerjasamamu juga

    BalasHapus